FGD Rencana Induk Pengembangan 2025-2045 dan Renstra 2025-2030
Universitas Ahmad Dahlan Gelar FGD Rencana Induk Pengembangan 2025-2045 dan Renstra 2025-2030
Yogyakarta, 22 Juni 2024 – Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar Focus Group Discussion (FGD) guna membahas Rencana Induk Pengembangan (RIP) 2025-2045 dan Rencana Strategis (Renstra) 2025-2030. Acara ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk akademisi, praktisi, dan pakar dari berbagai bidang. Kegiatan ini berlangsung di Ballroom Eastparc Hotel dan dihadiri oleh sekitar 130 peserta.
Acara diawali dengan laporan dari Kepala Badan Perencanaan dan Pengembangan Universitas (BPPU) Dr. Apt. Nining Sugihartini, M.Si. secara rinci proses penyusunan RIP 2025-2045 yang telah dilakukan oleh timnya selama beberapa bulan terakhir. Kami telah melakukan berbagai kajian dan analisis mendalam untuk memastikan bahwa rencana ini mencakup berbagai aspek penting yang akan mendukung perkembangan UAD dalam jangka panjang. Kami berharap masukan dari FGD ini akan memperkaya rencana yang telah kami susun, kata Dr. Nining.
Dilanjutkan dengan sambutan Rektor UAD, Prof. Dr. Muchlas, MT. Dalam sambutannya, Prof. Muchlas menyampaikan UAD sedang mengembangkan proses forecast UAD di tahun 2045. Diharapkan isu-isu nasional dapat masuk dalam RIP UAD sehingga kolaborasi dan partisipasi seluruh civitas akademika serta para pemangku kepentingan dalam menyusun rencana strategis ini. RIP dan Renstra adalah fondasi kita dalam membangun masa depan UAD. Partisipasi aktif dari seluruh pihak sangatlah penting untuk memastikan bahwa rencana ini realistis, dapat diimplementasikan, dan membawa manfaat jangka panjang bagi kita semua. Tim RIP ditargetkan dapat menyelesaikan penyusunan RIP dan Renstra pada Maret 2025, ujar Prof. Muchlas.
Sebagai pembicara utama, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, MA, memberikan perspektifnya tentang tren pendidikan tinggi di masa depan dan bagaimana UAD dapat beradaptasi dan bersaing di kancah global. Dalam presentasinya Prof. Mu’ti menekankan pentingnya Religious Softskill dapat menjadi satu capaian dan nilai-nilai UAD yang dapat membekali lulusan untuk dapat menjalankan ibadah dalam segala kondisi yang dihadapi. Menuju RIP 2045 UAD dan Indonesia harus mulai siap dengan istilah bahasa Indonesia seperti China dan Jepang yang tetap menggunakan nilai-nilai lokal. Seperti contoh UAD menjadi (Universitas Apik Dewe) dengan mengantarkan local wisdom jawa. UAD harus bisa keluar dari kebiasaan untuk meninggalkan istilah asing dan membawa istilah lokal. UAD dapat mengembangkan keunikan dengan meninggalkan istilah-istilah mainstream. RIB, MKCH, dan lainnya dapat dimasukkan dalam nilai-nilai RIP namun perlu melihat pergerakan dunia keagamaan. Dunia secara keagamaan akan tetap diwarnai dengan keperluan spiritualitas akan tetapi tidak semuanya berkaitan dengan agama. Spiritualitas akan semakin diperlukan dimasa yang akan datang. Traditional moslem in modern world dapat menjadi masukan yang baik dengan pilihan integrasi agar tetap muslim, muhammadiyah dan modern. Kecenderungan lain terkait integrasi islam biasanya muncul modernisasi dan ayatisasi. Dan agama perlu dihadirkan sebagai nilai dan panduan hidup dan agama yang dapat berinteraksi dengan modernisasi apapun dan tidak pada titik tekan bahwa modernisasi bukan ayatisasi. Point integrasi nilai Islam adalah ketika membaca Al Quran seperti kyai Dahlan membaca Al Quran dengan mengenalkan tafsir baru untuk mengintegrasikan ilmu dengan teks Al Quran dan memahami maknawiyah Al Quran seperti mimpi Ki Dahlan menjadikan Ulama yang Intelek dan Intelek yang Ulama.
Jika manusia mengajaran hardskill tidak akan mampu mengejar perubahan teknologi. Perubahan itu dapat dikejar dengan pola softskill, sehingga kurikulum dapat dibangun dalam bentuk pengembangan softskill. Komunikasi bukan tentang bahasa asing namun lebih pada menyampaikan gagasan secara lisan maupun tulisan.
Trend dunia pendidikan kedepan bisa jadi melalui cyber university dan banyak kampus diluar negeri yang membuka online course. Trend kampus-kampus diluar negeri mulai banyak berkolaborasi dengan kampus dalam negeri. UAD menjadi perguruan tinggi tingkat internasional dengan tellering program UAD yang diakui setiap negara yang bermitra dengan UAD. Model ini seperti student mobility namun beyond dari student mobility.
Prospek pengembangan kampus secara internasional kedepan dapat digunakan dengan cara pengembangan pada negara berkembang seperti Uganda dan Afrika. Kita harus siap menghadapi perubahan yang cepat di era digital ini. UAD harus mampu bertransformasi dengan cepat dan adaptif terhadap perkembangan teknologi, ungkap Prof. Mu’ti.
FGD diakhiri dengan diskusi yang berlangsung aktif dengan berbagai masukan dan saran konstruktif dari para peserta. Beberapa topik yang menjadi fokus dalam diskusi antara lain Nice UAD, Religius Value dan Religius Softskill.
FGD ini merupakan langkah awal yang penting dalam proses penyusunan RIP dan Renstra UAD. Seluruh masukan dan rekomendasi yang diperoleh dari diskusi ini akan menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan dokumen akhir yang diharapkan dapat diselesaikan dalam beberapa bulan ke depan.
UAD berkomitmen untuk terus melibatkan seluruh pemangku kepentingan dalam setiap tahapan penyusunan rencana strategis ini, guna memastikan bahwa setiap langkah yang diambil sesuai dengan visi dan misi universitas serta mampu menjawab tantangan di masa depan. (smc)