Pengajian Bulanan BPPU UAD di Masjid Raya Bandung
Bandung, 21 November 2024 – Ustadz Dr. Nurkholis, M.Ag. dalam kajian dhuha BPPU UAD yang digelar di Masjid Raya Bandung, menyoroti dua tema menarik yakni pemahaman Muhammadiyah terhadap surah Al-Asr dan inovasi pendidikan yang diperkenalkan oleh K.H. Ahmad Dahlan.
Makna “Wal Asri” dalam Perspektif Muhammadiyah. Surah Al-Asr, yang sering disebut sebagai “Surah Zaman”, menjadi fokus utama kajian Ustadz Nurkholis. Beliau menjelaskan bahwa Muhammadiyah, sejak awal berdirinya, telah mendalami makna surah ini sebagai landasan dalam menjalankan dakwah dan amar makruf nahi mungkar.
“K.H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, sangat menekankan pentingnya kembali kepada Al-Quran dan Sunnah. Beliau melihat surah Al-Asr sebagai sebuah tantangan bagi umat Islam untuk senantiasa berbuat baik dan mencegah kemungkaran,” ujar Ustadz Nurkholis.
Transformasi Pendidikan ala K.H. Ahmad Dahlan Selain membahas surah Al-Asr, Ustadz Nurkholis juga menyoroti kontribusi K.H. Ahmad Dahlan dalam bidang pendidikan. Beliau menjelaskan bagaimana K.H. Ahmad Dahlan berhasil mengubah tradisi pendidikan Islam pada masanya.
K.H. Ahmad Dahlan tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga ilmu pengetahuan umum. Beliau menyadari pentingnya pendidikan yang komprehensif untuk menghadapi tantangan zaman.
Ustadz Nurkholis juga memaparkan beberapa inovasi pendidikan yang diperkenalkan oleh K.H. Ahmad Dahlan, seperti pendirian sekolah-sekolah Muhammadiyah yang mengajarkan kurikulum modern dan penekanan pada pendidikan karakter.
Kiai Dahlan merubah tradisi dalam konteks pendidikan dengan cara yang inovatif, terutama dalam hal interaksi antara guru dan murid. Tradisi yang umum di masyarakat Jawa pada waktu itu adalah murid yang harus mendatangi guru. Namun, Kiai Dahlan mengubah pola ini dengan mendorong guru untuk mendatangi murid. Ini dianggap sebagai langkah yang berani dan melawan norma sosial yang ada, di mana pada saat itu, tindakan tersebut dianggap sebagai “aib sosial”.
Perubahan ini tidak hanya meningkatkan aksesibilitas pendidikan, tetapi juga menciptakan suasana yang lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan murid. Dengan cara ini, Kiai Dahlan berusaha untuk meradikalisasi tradisi yang ada dan menjawab tantangan antara tradisionalisme dan modernisme dalam pendidikan.
Kiai Dahlan juga menekankan pentingnya berpikir melampaui zaman, yang berarti bahwa pendidikan harus relevan dengan konteks dan tantangan yang dihadapi masyarakat saat itu. Ini menunjukkan bahwa dia tidak hanya berfokus pada aspek tradisional, tetapi juga berusaha untuk mengintegrasikan pemikiran modern dalam sistem pendidikan yang ada.
Kajian dhuha yang disampaikan oleh Ustadz Nurkholis mendapat sambutan positif dari para jama’ah. Mereka merasa kajian ini sangat bermanfaat untuk menambah wawasan tentang Islam dan sejarah Muhammadiyah. Jama’ah sangat terinspirasi dengan semangat K.H. Ahmad Dahlan dalam berinovasi di bidang pendidikan. Beliau adalah sosok yang sangat visioner. (smc)